No wonder that you never come back
Because you never leave ❤
"Kamu kok ngopi terus sih?"
"Kalau sendiri lebih enak ngopi. Kalau ngopi lebih enak sendiri."
"Emang kalau rame?"
"Hm? Kalau pahit ditelen sendiri lebih enak."
--
"Karamel atau hazelnut?"
"No flavor. No sugar, please."
Dia bahkan tidak menanyakan hot or cold. Barista itu hanya terpaku dan mengangguk. Saya memberikan kesempatan pada intuisinya untuk bekerja tanpa bertanya dan menentukan sendiri cappuccino itu panas atau dingin.
Yang datang ternyata panas. Saya tersenyum memandangi foam di atasnya. Bentuknya hati. Saya menyesap, mengecup lebih tepatnya, dari sudut hati. Niatnya supaya bentuknya tidak rusak. Sendok di samping hanyalah formalitas. Gula hanya persona. Perasa ibarat make up. Kopi dengan susu saja sudah dosa. Apalagi dengan yang lain.
Saya suka mengecup cappuccino saya. Indah. Lembut. Hangat. Tetap pahit.
Apa adanya.
01.12.13
Diajeng,
Kala bayanganmu menyelinap pergi
Mentari mencari-cari
Jejakmu Bunga melati
Diajeng,
Tanda salib di dahi mungkin tidak lagi berarti
Namun percayalah buah hati
Hanya ini yang mampu kuberi
Diajeng,
Tak ada lagi selamat pagi
Hidupmu adalah mimpi
Oh, diajeng masih percayakah kau pada peri
Diajeng,
Kapanpun kau merasa letih
Akan tanjakan-tanjakan tinggi
Akan gunung yang harus kau daki
Angin, ombak dan badai yang silih berganti
Jangan pernah hilang untuk kembali
Diajeng,
Ibumu tua dan menanti.
~sekarsarkara
19.10.15
Gajah Wong
Jutaan kata disusun-susun untuk mewakili indahnya cinta. Namun, tidak ada yang lebih indah dari pada merasakannya sendiri, kehilangan, menemukannya lagi, dan mengenang kisah tersebut dengan tokoh utama kisah tersebut.
Karena yang aku kerjakan saat pikiranku tidak bisa mengenyahkan sosokmu hanyalah satu. Menikam mataku dengan tulisanmu bertubi-tubi. Hingga lelah ia terbuka dan hari berganti pagi.
Jadi, aku sedikit ingin memohon padamu, untuk terus menuangkan isi kepalamu di atas apapun itu. Hanya dengan begitu, kamu bisa berada di dalam satu ruang denganku, meski hanya di kepalaku.
Kadang juga, aku tidak habis pikir dengan kata rindu. Bagaimana sebuah kata yang sederhana mewakili rasa yang jauh dari sederhana? Seperti perasaan menyelam di malam hari, bertemu penyu-penyu tua dalam arus deras, sambil berusaha membuka bungkus permen karet yang tidak bisa dimakan saat itu juga. Seperti itulah rindu, antara indah, lucu dan berbahaya. Salah-salah bisa mati konyol juga aku dibuatnya.
Jadi, aku pikir, satu-satunya cara aman untuk mengatasi perasaan tersebut adalah dengan tulisanmu yang juga selalu jauh dari sederhana sehingga aku seperti mempunyai tenun yang indah dari perasaan yang kusut dan kata-kata yang menikam tajam.
~sekarsarkara
13.10.15
Aku menggelinjang setiap kali mendengar namamu
Merasakan tubuhku berada di dalam dirimu
Yang selalu dingin dari terik mentari
Aku pernah menghadirkan dirimu di setiap mimpi malamku yang basah
Bertanya-tanya akan kemungkinan yang tidak ada
Aku membisikan namamu
Pada air yang mengalir mengisi bibir pantai yang pucat
Agar tiba detak jantungku di telapak kakimu
Aku menghembuskan nafasmu
Pada angin yang berlari ke selatan
Agar sampai pelukku lagi di tengkukmu
Bira, 9 Oktober 2015
~ sekarsarkara