Saturday, October 31, 2015

Eternity

No wonder that you never come back

Because you never leave ❤

Sunday, October 25, 2015

Apa Adanya

"Kamu kok ngopi terus sih?"
"Kalau sendiri lebih enak ngopi. Kalau ngopi lebih enak sendiri."
"Emang kalau rame?"
"Hm? Kalau pahit ditelen sendiri lebih enak."

--

"Karamel atau hazelnut?"
"No flavor. No sugar, please."

Dia bahkan tidak menanyakan hot or cold. Barista itu hanya terpaku dan mengangguk. Saya memberikan kesempatan pada intuisinya untuk bekerja tanpa bertanya dan menentukan sendiri cappuccino itu panas atau dingin.

Yang datang ternyata panas. Saya tersenyum memandangi foam di atasnya. Bentuknya hati. Saya menyesap, mengecup lebih tepatnya, dari sudut hati. Niatnya supaya bentuknya tidak rusak. Sendok di samping hanyalah formalitas. Gula hanya persona. Perasa ibarat make up. Kopi dengan susu saja sudah dosa. Apalagi dengan yang lain.

Saya suka mengecup cappuccino saya. Indah. Lembut. Hangat. Tetap pahit.

Apa adanya.

01.12.13

Sunday, October 18, 2015

Diajeng

Diajeng,
Kala bayanganmu menyelinap pergi 
Mentari mencari-cari 
Jejakmu Bunga melati

Diajeng, 
Tanda salib di dahi mungkin tidak lagi berarti 
Namun percayalah buah hati
Hanya ini yang mampu kuberi

Diajeng,
Tak ada lagi selamat pagi
Hidupmu adalah mimpi
Oh, diajeng masih percayakah kau pada peri

Diajeng,
Kapanpun kau merasa letih

Akan tanjakan-tanjakan tinggi
Akan gunung yang harus kau daki
Angin, ombak dan badai yang silih berganti 
Jangan pernah hilang untuk kembali

Diajeng,
Ibumu tua dan menanti.

~sekarsarkara
19.10.15

Gajah Wong

Wednesday, October 14, 2015

Tokoh Utama

Jutaan kata disusun-susun untuk mewakili indahnya cinta. Namun, tidak ada yang lebih indah dari pada merasakannya sendiri, kehilangan, menemukannya lagi, dan mengenang kisah tersebut dengan tokoh utama kisah tersebut.

Tuesday, October 13, 2015

Jauh

Karena yang aku kerjakan saat pikiranku tidak bisa mengenyahkan sosokmu hanyalah satu. Menikam mataku dengan tulisanmu bertubi-tubi. Hingga lelah ia terbuka dan hari berganti pagi.

Jadi, aku sedikit ingin memohon padamu, untuk terus menuangkan isi kepalamu di atas apapun itu. Hanya dengan begitu, kamu bisa berada di dalam satu ruang denganku, meski hanya di kepalaku.

Kadang juga, aku tidak habis pikir dengan kata rindu. Bagaimana sebuah kata yang sederhana mewakili rasa yang jauh dari sederhana? Seperti perasaan menyelam di malam hari, bertemu penyu-penyu tua dalam arus deras, sambil berusaha membuka bungkus permen karet yang tidak bisa dimakan saat itu juga. Seperti itulah rindu, antara indah, lucu dan berbahaya. Salah-salah bisa mati konyol juga aku dibuatnya.

Jadi, aku pikir, satu-satunya cara aman untuk mengatasi perasaan tersebut adalah dengan tulisanmu yang juga selalu jauh dari sederhana sehingga aku seperti mempunyai tenun yang indah dari perasaan yang kusut dan kata-kata yang menikam tajam.

~sekarsarkara
13.10.15

Friday, October 9, 2015

Bira Biru

Aku menggelinjang setiap kali mendengar namamu
Merasakan tubuhku berada di dalam dirimu
Yang selalu dingin dari terik mentari

Aku pernah menghadirkan dirimu di setiap mimpi malamku yang basah
Bertanya-tanya akan kemungkinan yang tidak ada

Aku membisikan namamu
Pada air yang mengalir mengisi bibir pantai yang pucat
Agar tiba detak jantungku di telapak kakimu

Aku menghembuskan nafasmu
Pada angin yang berlari ke selatan
Agar sampai pelukku lagi di tengkukmu

Bira, 9 Oktober 2015
~ sekarsarkara