Monday, April 15, 2013

Air bicara


Dulu aku pernah bicara dengan pantai dan hujan. "Pantai, bagaimana bisa begitu sabar menanti ombak yang selalu datang dan pergi, sedangkan kamu diam disini?" pantai, dengan lengkung-lengkungnya yang manis, membelai lembut jiwaku dan bertanya, "Ombak selalu pergi, tetapi ia selalu pulang, ke pelukanku. Kamu, bagaimana bisa bersabar menanti yang belum tentu pulang?". Kemudian aku pergi. Aku bertemu dengan hujan. Dia terburu - buru, namun aku mendesak. "Hujan, bagaimana kamu bisa pergi dengan cepat dari awan yang adalah dirimu?" "sedangkan, aku setengah mati tidak bisa meninggalkan rumah yang begitu aku cintai. " Hujan sambil berlari ia berteriak,"Karena aku tidak berani, karena ketika aku pergi dia pun hilang." Sambil berlari juga aku berteriak, "Lantas aku berani apa?" "Kamu berani mempertahankan dia dan dirimu, ya kalian. Tidak memikirkan kekeringan di bawah sini. Aku harus mempertahankan hidup di bawah sini betapapun aku mencintai Awan." Aku terdiam. Ya, begitu juga Pantai yang selalu melepaskan Ombak pergi. Ombak yang menghidupi lautan yang lebih besar dan membutuhkannya, betapapun ia mencintai Pantai.