Tuesday, December 29, 2015

I Never Imagined

I never imagined to have a life like yours
To be gloriously independent
You do all things by yourself
It was almost everything

I never imagined to have a heart like yours
Solemnly raised your love
In wounds beautifully

I lost my words about you
And everything you did
Secretly inspired me
I am too scared to stand by your side

Because I have nothing
Strong enough to you
Nothing
Sincere enough compared to your love

But in heaven, they said,
They will fulfill your happiness
Rejoice your life
Touch your wounds with silk and flowing love
Like an endless river

I swear for the rest of my life
To flowering your name

Desember, 29 2015

Thursday, December 24, 2015

A Broken Piece

Akhir dari perjalanan live-on-board tahun lalu ditutup dengan sesuatu yang tidak biasa. Kami disambut dengan rumput yang mulai hijau dengan bibir pantai yang tetap biru di Pulau Rinca. Takut-takut masuk ke pulau yang dihuni oleh kadal raksasa, kami melapor ke pos penjagaan untuk membayar retribusi dan yang lebih penting segera mendapatkan pendamping trip di pulau tersebut. Para pendamping ini biasa disebut ranger. Setiap rombongan wajib didampingi dua orang ranger, satu orang di depan rombongan, satu orang lainnya di belakang.

Salah satu ranger yang mendampingi kami sangat menarik perhatian saya dari pada komodo-komodo di sana. Beliau mengenakan kalung berwarna biru seperti ombak di laut. Kalung itu diikat dengan tali biasa. Bentuknya pun seperti ombak. Penasaran dengan kalung tersebut, saya mulai bertanya.

“Pak, kalungnya bagus.” Tentu saja dengan nada manja sambil senyum-senyum. Respon ranger ini tidak terduga.

“Oh, kalung ini? Ibu mau?” tanya beliau.

“Ya kalau dikasih ya saya mau,” senyum semakin lebar.

Kalung itu ditarik dengan mundah, meninggalkan leher ranger itu dan berpindah ke tangan saya.

“Ini buat Ibu. Anggap saja kenang-kenangan dari Rinca supaya kembali ke Rinca. Itu juga saya nemu kok di pantai. Lagi pula itu sudah patah. Ga tau deh itu tadinya apa, cuma saya punya tali jadi saya jadiin kalung saja.”

Saya menerimanya dengan sumringah tidak peduli dengan kondisi kalung tersebut.

“Terima kasih banyak ya Pak! Ikhlas Pak?”

“Sama-sama, Bu. Ikhlas kok, Bu.”

“Sampai jumpa lagi Pak.” 




Pembicaran kami berhenti di situ. Saya langsung mengenakan kalung tersebut. Karena talinya cukup pendek,saya mengikat dengan simpul mati pas di lingkar leher saya. Di perjalanan saya menyadari bahwa kalung tersebut hanya terbuat dari plastik, salah satu sisinya memang terasa bekas patahan jika diraba dan diteliti.

Itu hanya sebuah potongan biasa dari entah apa yang diberi tali lalu melekat pada leher saya selama satu tahun ini. Namun, saya melihatnya sebagai sesuatu yang sempurna apa adanya. It fits on me.  Begitu juga orang lain yang melihat saya menggunakan kalung ini. Mereka melihatnya sebagai sesuatu yang cantik dan indah.

Tidak ada yang tahu apa bentuk sebelumnya dari potongan ini. Tidak ada juga yang tahu kalau potongan ini merupakan patahan dari sesuatu yang mungkin sudah dibuang oleh pemilik sebelumnya. Tidak ada yang tahu juga sudah berapa lama potongan ini berada di pantai atau bahkan mungkin pernah mengapung lama di lautan. Yang orang tahu sekarang adalah benda ini adalah kalung yang tidak pernah lepas dari leher saya.

Kamu bisa saja merasa sudah rusak. Kamu bisa saja merasa sudah tidak berguna dan tidak dibutuhkan. Kamu bisa merasa terbuang, terapung-apung dan tidak tahu mau berbuat apa. Namun, nyatanya di luar sana, entah ia datang dari mana, ia akan menemukanmu dan melihatmu sempurna sejak awal. Ia akan memiliki keberanian untuk menerimamu apa adanya, tidak peduli dengan patahan atau kerusakan yang sudah kamu alami. Bahkan, ia akan membuatmu bernilai lebih jauh berharga daripada bentukmu di masa lalu. Ia akan bangga mengenalkanmu kepada siapapun sebagai seseorang yang sangat istimewa. Dan sejak awal, dia akan dengan sangat yakin memberikan tempat terbaik untukmu, di hatinya.

Ia bisa jadi siapapun. Bisa jadi sahabatmu, kakakmu, adikmu, kekasihmu, anakmu. Ia adalah siapapun yang membuatmu merasa berharga sebagai dirimu sendiri, serusak apapun dirimu.



They will always make you feel special, put you in their special place, treat you with a special thing, even though you and the whole world know that you’re a broken piece of something.

Sunday, December 20, 2015

Di Desember

Dari setiap hujan di musim hujan
Hanya satu yang aku tunggu
Di bawah remang lampu
Yang sudah menyala tiga jam lalu
Adalah langkahmu
Menuju teras rumahku dengan pasti
Adalah langkahku
Siap meniti berdampingan
Kemanapun arah kita nanti

20.12.15