Akhir dari perjalanan live-on-board
tahun lalu ditutup dengan sesuatu yang tidak biasa. Kami disambut dengan rumput yang mulai hijau
dengan bibir pantai yang tetap biru di Pulau Rinca. Takut-takut masuk ke pulau
yang dihuni oleh kadal raksasa, kami melapor ke pos penjagaan untuk membayar
retribusi dan yang lebih penting segera mendapatkan pendamping trip di pulau
tersebut. Para pendamping ini biasa disebut ranger.
Setiap rombongan wajib didampingi dua orang ranger, satu orang di depan rombongan, satu orang lainnya di
belakang.
Salah satu ranger yang
mendampingi kami sangat menarik perhatian saya dari pada komodo-komodo di sana.
Beliau mengenakan kalung berwarna biru seperti ombak di laut. Kalung itu diikat
dengan tali biasa. Bentuknya pun seperti ombak. Penasaran dengan kalung
tersebut, saya mulai bertanya.
“Pak, kalungnya bagus.” Tentu saja dengan nada manja sambil
senyum-senyum. Respon ranger ini
tidak terduga.
“Oh, kalung ini? Ibu mau?” tanya beliau.
“Ya kalau dikasih ya saya mau,” senyum semakin lebar.
Kalung itu ditarik dengan mundah, meninggalkan leher ranger itu dan berpindah ke tangan saya.
“Ini buat Ibu. Anggap saja kenang-kenangan dari Rinca supaya
kembali ke Rinca. Itu juga saya nemu kok di pantai. Lagi pula itu sudah patah.
Ga tau deh itu tadinya apa, cuma saya punya tali jadi saya jadiin kalung saja.”
Saya menerimanya dengan sumringah tidak peduli dengan
kondisi kalung tersebut.
“Terima kasih banyak ya Pak! Ikhlas Pak?”
“Sama-sama, Bu. Ikhlas kok, Bu.”
“Sampai jumpa lagi Pak.”
Pembicaran kami berhenti di situ. Saya langsung mengenakan
kalung tersebut. Karena talinya cukup pendek,saya mengikat dengan simpul mati
pas di lingkar leher saya. Di perjalanan saya menyadari bahwa kalung tersebut
hanya terbuat dari plastik, salah satu sisinya memang terasa bekas patahan jika
diraba dan diteliti.
Itu hanya sebuah potongan biasa dari entah apa yang diberi
tali lalu melekat pada leher saya selama satu tahun ini. Namun, saya melihatnya
sebagai sesuatu yang sempurna apa adanya. It
fits on me. Begitu juga orang lain
yang melihat saya menggunakan kalung ini. Mereka melihatnya sebagai sesuatu
yang cantik dan indah.
Tidak ada yang tahu apa bentuk sebelumnya dari potongan ini.
Tidak ada juga yang tahu kalau potongan ini merupakan patahan dari sesuatu yang
mungkin sudah dibuang oleh pemilik sebelumnya. Tidak ada yang tahu juga sudah
berapa lama potongan ini berada di pantai atau bahkan mungkin pernah mengapung
lama di lautan. Yang orang tahu sekarang adalah benda ini adalah kalung yang
tidak pernah lepas dari leher saya.
Kamu bisa saja merasa sudah rusak. Kamu bisa saja merasa
sudah tidak berguna dan tidak dibutuhkan. Kamu bisa merasa terbuang,
terapung-apung dan tidak tahu mau berbuat apa. Namun, nyatanya di luar sana,
entah ia datang dari mana, ia akan menemukanmu dan melihatmu sempurna sejak
awal. Ia akan memiliki keberanian untuk menerimamu apa adanya, tidak peduli
dengan patahan atau kerusakan yang sudah kamu alami. Bahkan, ia akan membuatmu
bernilai lebih jauh berharga daripada bentukmu di masa lalu. Ia akan bangga
mengenalkanmu kepada siapapun sebagai seseorang yang sangat istimewa. Dan sejak
awal, dia akan dengan sangat yakin memberikan tempat terbaik untukmu, di
hatinya.
Ia bisa jadi siapapun. Bisa jadi sahabatmu, kakakmu, adikmu,
kekasihmu, anakmu. Ia adalah siapapun yang membuatmu merasa berharga sebagai
dirimu sendiri, serusak apapun dirimu.
They will always make
you feel special, put you in their special place, treat you with a special thing,
even though you and the whole world know that you’re a broken piece of
something.