I want you to be this stubborn
I want you to always be this stubborn about me, about us, about all the things that makes us exist, upon everything.
Friday, July 31, 2015
Stubborn
Wednesday, July 22, 2015
Lengang
Pucuk pohon menjuntai bergoyang-goyang
Lembut angin yang baru bangun dari tidurnya
Menyapa bulu halus di tengkukku
"apa kabar? "
Sapanya mesra
Pagi masih sepi
Porter-porter tersenyum dengan wajah yang hampir malam
Tergerus kakunya roda-roda koper yang semakin arogan
Badannya kecil kakinya sedikit pincang
Senyumnya membungkus harapan
Tak bisa lah ia menerima hela
Saat tiba di rumah berdesah "hari ini lengang"
~sekarsarkara
Gambir
23.07.15
Sunday, July 12, 2015
Langit Ibu Kota di Hari Minggu Berwarna Biru
Satu orang melompat dari halte busway
Di belakang saya ada seorang bapak tua membawa nasi padang
Beberapa tukang ojek yang masih kesal dengan ide inovatif anak muda
Dua orang melompat dari halte busway
Seorang laki-laki berhenti di depan saya menanyakan arah
Saya mengaku bahwa saya pun orang rantau yang baru kenal Ibu Kota
Tiga orang melompat dari halte busway
Kali ini perempuan
Terburu-buru mengejar kopaja yang agak langka di hari minggu
Tukang ojek yang sudah makan asam garam Ibu Kota menceramahi bapak tua dengan nasi padang, pemulung
Bapak tua tidak tahu menahu tentang ramadhan dan THR
Sana minta THR sama Pak Polisi, kata tukang ojek kepada bapak tua
Suapan terakhir nasi padangnya hilang dengan cepat
Empat orang melompat dari halte busway
Mata saya habis di birunya langit
~sekarsarkara
12.07.15
Saturday, July 11, 2015
Karena Aku Datang
Sebagai seorang Pengajar Muda, lari ke sana-sini bukan hal baru. Harus minta izin ke Kepala Sekolah untuk mengurus ini itu di luar sekolah, mulai dari masih malu-malu sampai dilirik dengan tatapan seribu tanya. Apalagi kami di Rote sedang merintis Rote Mengajar untuk pertama kalinya. Jarak yang dekat antara desa dan kabupaten membuat kami malah semakin sering dan dengan mudahnya mondar-mandir ke kabupaten mulai dari urusan tanda tangan proposal sampai perihal cari sinyal internet untuk melihat update jumlah relawan yang sudah mendaftar.
Jika jadwal pelajaran tidak terlalu penuh, aku kerap meninggalkan anak-anak untuk mempersiapkan Rote Mengajar. Biasanya setelah tidak masuk satu hari, keesokan harinya aku diserbu pertanyaan dari anak-anak.
"Ibu kemarin pi mana??"
"Ibu kemarin ada sakit ko?"
"Pasti kemarin Ibu pi Ba'a ha Ibu a?"
Pertanyaan-pertanyaan mereka biasanya disusul dengan pengaduan tentang apa saja yang terjadi saat aku tidak masuk kelas. Begitu juga hari Senin ini. Setelah upacara, anak-anak kelas IV mengerubungiku dan menghujani aku dengan pertanyaan-pertanyaan serupa. Kemudian aku menjelaskan kalau tempo hari aku harus ke dinas untuk mengurus beberapa hal. terlihatlah wajah mereka yang terpuaskan, lega. Setidaknya Ibu Guru mereka ini tidak sakit.
Aku membuka kelas hari ini seperti biasa, memeriksa kehadiran anak-anak, mengingatkan pekerjaan rumah yang diberikan hari sebelumnya. Semuanya sama seperti biasa, sampai seorang anak laki-laki menghampiri mejaku saat aku masih menata buku-buku yang akan kami gunakan. Ia menyodorkan secarik kertas terlipat sekenanya. Belum sempat aku bertanya apa isi kertas itu, anak ini sudah berlari kembali ke tempat duduknya tanpa menoleh lagi.
Anak-anak memang suka memberikan surat untuk Ibu Guru nya ini. Pernah dalam sehari mereka semua menulis surat untukku. Aku menahan untuk membuka surat itu dan melanjutkan persiapanku yang tertunda. Setelah mereka pergi ke perpustakaan untuk mengambil buku bacaan barulah aku membuka surat itu. (Setiap Senin dan Selasa pagi anak-anak selalu mengambil buku cerita di perpustakaan dan membacanya masing-masing.)
"Terima kasih karena hari ini Ibu sudah datang."
Begitulah tinta hitam terputus-putus itu terbaca di atas secarik kertas lusuh.
~sekarsarkara
22.02.15