Arus dalam samudera mulai
kencang. Tirtaman Muda langsung bergegas mengemas barang-barangnya dan segera
beranjak keluar rumah. Seekor ikan layang-layang tersenyum melambaikan
siripnya. Rumahnya tidak terlalu bagus. Namun, rumah ini biasa menjadi tempat
berkumpul para ikan kecil. Mereka berteman akrab dengan Tirtaman Muda. Semua dari
mereka sudah tahu kebiasaan Tirtaman
Muda setiaap senja.
Tirtaman Muda menyampirkan tali
dan karung di pundak kanannya. Ia berlari
dari dasar laut sambil memegang topi hjaunya yang sudah lusuh. Langkahnya
terhuyung-huyung. Tirtaman Muda tahu ia tidak boleh terlambat. Tirtaman Muda
tidak pernah terlambat.
Pekerjaan ini sudah ia lakukan
sejak ia memutuskan untuk meninggalkan keluarganya. Janjinya dulu ketika
melangkah keluar pekarangan rumahnya adalah menerangi lautan. Semenjak Tirtaman
Muda beranjak dewasa, ia selalu bertanya-tanya mengapa tidak bisa ia dapatkan
hari yang selalu terang.
Tirtaman Muda akhirnya membuat
tatakan dari sebongkah karang mati di samping rumahnya. Untuk meletakan
Matahari.
Perjalanan menuju permukaan cukup
jauh. Tirtaman Muda sengaja mencari rumah di bukit sebelah barat. Menjelang senja
ia pasti sudah beranjak. Sampai di dekat permukaan, Tirtaman Muda mulai
memasang simpul di talinya. Biasanya beberapa ikan di sekelilingnya membantu.
Tirtaman selalu sampai di tempat itu lebih awal. Ia bersiap-siap sambil
menunggu di atas padang bunga karang.
Waktunya hampir tiba. Tirtaman
Muda memasang mata tak berkedip. Dipegangnya erat-erat tali yang telah
disimpulnya itu. Tepat saat Matahari menyentuh permukaan air, Tirtaman Muda
mengayunkan talinya tepat melingkari badan Matahari. Dua ujung tali ia ambil
dan tarik dengan kedua tangannya.
Pada saat itu Tirtaman Muda jadi
berwarna keemasan. Senyumnya lebar dan matanya berbinar-binar. Ia mengerahkan
semua tenaganya untuk menarik Matahari ke dasar samudera, ke samping rumahnya.
Tirtaman Muda harus menariknya dengan segera. Arus deras membuat tenaga
Tirtaman Muda terkuras. Perjalanan hampir berakhir. Setibanya di samping rumah,
Tirtaman Muda mengaitkan tali-tali tersebut di pasak-pasak yang terbuat dari
jangkar-jangkar kapal yang sudah tenggelam di sekitar situ.
Matahari menghidupkan dunia di
tengah samudera. Tidak ada ikan-ikan yang tertidur.
Namun, semua itu tidak penting
bagi Tirtaman Muda. Ia jatuh cinta, yang terpenting ia bisa menerangi hidup
kekasihnya: seorang putri raja. Putri itu bernama Terbenam, matanya buta.
24.06.15
~sekarsarkara