Sunday, October 25, 2015

Apa Adanya

"Kamu kok ngopi terus sih?"
"Kalau sendiri lebih enak ngopi. Kalau ngopi lebih enak sendiri."
"Emang kalau rame?"
"Hm? Kalau pahit ditelen sendiri lebih enak."

--

"Karamel atau hazelnut?"
"No flavor. No sugar, please."

Dia bahkan tidak menanyakan hot or cold. Barista itu hanya terpaku dan mengangguk. Saya memberikan kesempatan pada intuisinya untuk bekerja tanpa bertanya dan menentukan sendiri cappuccino itu panas atau dingin.

Yang datang ternyata panas. Saya tersenyum memandangi foam di atasnya. Bentuknya hati. Saya menyesap, mengecup lebih tepatnya, dari sudut hati. Niatnya supaya bentuknya tidak rusak. Sendok di samping hanyalah formalitas. Gula hanya persona. Perasa ibarat make up. Kopi dengan susu saja sudah dosa. Apalagi dengan yang lain.

Saya suka mengecup cappuccino saya. Indah. Lembut. Hangat. Tetap pahit.

Apa adanya.

01.12.13

No comments:

Post a Comment