Saturday, August 22, 2015

Kue Lupis

(Saya tidak akan menuliskan resep kue lupis.)
Selain makan buah, saya suka sekali makan kue. Buat saya, setiap kue punya cerita. Berbeda dengan makanan-makanan berat lainnya, cerita tentang kue selalu spesial. Kalau ditanya tentang kue kesukaan, pasti jawabannya bisa memenuhi satu halaman dengan alasan masing-masing kue tersebut menjadi kesukaan.

Saya suka kue tiramisu karena dulu ketika ibu saya masih bekerja di restaurant saya sering di bawa ke kantornya. Biasanya chef asing di sana memberikan saya hadiah satu cup tiramisu. Dulu, itu adalah surga buat bocah seperti saya.

Lain dengan tiramisu, saya kecil sangat suka juga makan kue bagea, jajanan khas Sulawesi Utara. Dulu, kalau ada saudara yang pulang kampung ke Tomohon, saya selalu dapat oleh-oleh bagea. Kalau pulang dari Jogja biasanya saya membeli kue nopia (bukan bakpia) dalam jumlah banyak juga.
Masih banyak kue-kue dengan cerita spesial di baliknya, cheese cake, black forest, sarang semut, onbekuuk, ananastaar, kastengels, brownies, putu, dan satu yang sudah sangat sulit didapat sekarang: kue lupis.

Kue lupis adalah jajanan traditional yang terbuat dari beras ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Berbeda dengan kue lemper yang ada isinya, kue lupis tidak ada isinya tapi disiram dengan gula merah yang sudah dimasak hingga kental. Biasanya selain disiram dengan gula kental, diberi taburan kelapa parut.

Kue lupis yang saya kenal dulu berbentuk segitiga, khas buatan orang Manado, khas buatan Oma saya. Dari semua hari yang ada, saya selalu menunggu-nunggu Hari Minggu. Di Hari Minggu, Oma datang ke rumah seusai ibadat di gereja. Saya selalu berdoa semoga Oma menyisihkan satu kue lupis buat saya.

Oma adalah orang yang pintar masak dan membuat kue, kue apa saja. Setiap hari minggu, Oma berjualan kue dan masakan manado di depan gereja. Kalau membuat kue lupis dan sup brenebon, Oma pasti menyisihkan masing-masing satu untuk cucunya ini.

Setibanya Oma di rumah, dengan sumrimngah saya langsung melahap habis kue lupis tersebut. Itu cerita sepuluh tahun yang lalu.

Pagi ini, Mbak membeli kue lupis di tukang dagang jajan pasar keliling. Kue lupisnya berbentuk tabung. Gulanya encer. Saya makan satu sambil mengingat-ingat kue lupis segitiga dengan gulanya yang kental. Memori tentang penantian satu buah kue lupis dari Oma mewarnai Minggu pagi yang sepi.

Sudah hampir sepuluh tahun saya tidak makan kue lupis berbentuk segitiga itu.


Saya menghabiskan kue lupis di piring kecil ini dengan cepat dan bergegas minum air putih banyak-banyak. Berharap memori yang dibawa kue lupis ini segera larut. 

~sekarsarkara
22.08.15

No comments:

Post a Comment