Thursday, December 24, 2015
A Broken Piece
Saturday, August 22, 2015
Kue Lupis
~sekarsarkara
22.08.15
Saturday, July 11, 2015
Karena Aku Datang
Sebagai seorang Pengajar Muda, lari ke sana-sini bukan hal baru. Harus minta izin ke Kepala Sekolah untuk mengurus ini itu di luar sekolah, mulai dari masih malu-malu sampai dilirik dengan tatapan seribu tanya. Apalagi kami di Rote sedang merintis Rote Mengajar untuk pertama kalinya. Jarak yang dekat antara desa dan kabupaten membuat kami malah semakin sering dan dengan mudahnya mondar-mandir ke kabupaten mulai dari urusan tanda tangan proposal sampai perihal cari sinyal internet untuk melihat update jumlah relawan yang sudah mendaftar.
Jika jadwal pelajaran tidak terlalu penuh, aku kerap meninggalkan anak-anak untuk mempersiapkan Rote Mengajar. Biasanya setelah tidak masuk satu hari, keesokan harinya aku diserbu pertanyaan dari anak-anak.
"Ibu kemarin pi mana??"
"Ibu kemarin ada sakit ko?"
"Pasti kemarin Ibu pi Ba'a ha Ibu a?"
Pertanyaan-pertanyaan mereka biasanya disusul dengan pengaduan tentang apa saja yang terjadi saat aku tidak masuk kelas. Begitu juga hari Senin ini. Setelah upacara, anak-anak kelas IV mengerubungiku dan menghujani aku dengan pertanyaan-pertanyaan serupa. Kemudian aku menjelaskan kalau tempo hari aku harus ke dinas untuk mengurus beberapa hal. terlihatlah wajah mereka yang terpuaskan, lega. Setidaknya Ibu Guru mereka ini tidak sakit.
Aku membuka kelas hari ini seperti biasa, memeriksa kehadiran anak-anak, mengingatkan pekerjaan rumah yang diberikan hari sebelumnya. Semuanya sama seperti biasa, sampai seorang anak laki-laki menghampiri mejaku saat aku masih menata buku-buku yang akan kami gunakan. Ia menyodorkan secarik kertas terlipat sekenanya. Belum sempat aku bertanya apa isi kertas itu, anak ini sudah berlari kembali ke tempat duduknya tanpa menoleh lagi.
Anak-anak memang suka memberikan surat untuk Ibu Guru nya ini. Pernah dalam sehari mereka semua menulis surat untukku. Aku menahan untuk membuka surat itu dan melanjutkan persiapanku yang tertunda. Setelah mereka pergi ke perpustakaan untuk mengambil buku bacaan barulah aku membuka surat itu. (Setiap Senin dan Selasa pagi anak-anak selalu mengambil buku cerita di perpustakaan dan membacanya masing-masing.)
"Terima kasih karena hari ini Ibu sudah datang."
Begitulah tinta hitam terputus-putus itu terbaca di atas secarik kertas lusuh.
~sekarsarkara
22.02.15
Tuesday, June 23, 2015
Terbenam
Friday, June 5, 2015
Scaffolding
Tuesday, April 28, 2015
Lubang – Lubang di Teras
Saturday, April 25, 2015
Cerita Tentang Memberikan Kesempatan
Saturday, September 6, 2014
Malaikat Kidal
Seperti Merak yang Bisa Terbang
Monday, January 20, 2014
Honey Green Tea
Green Tea pagi ini lebih manis. Tidak ada matahari juga hujan. Madu yang tersisa sedikit aku tuang habis ke dalam gelas. Sampai-sampai ku masukan air ke botolnya. Benar-benar sampai habis.
Itulah perpisahan. Lebih manis dari hari-hari biasanya. Bahkan sampai meraih dasar-dasar botol sampai habis benar-benar habis. Apabila suatu hari kamu diminta untuk mengatakan teh apa yang paling manis, kamu akan mengatakan teh yang hari dimana aku habiskan madunya sampai tetes terakhir, hingga botolnya kosong.
Karena lebih manis dari biasanya, sampai-sampai terpejam mataku menikmatinya. Belum tentu besok aku punya waktu untuk membeli madu lagi. Kenapa tak aku sisakan yang sedikit? Paling tidak untuk besok. Tidak. Apa arti yang sedikit itu di dalam green tea yang lebih banyak, lebih pahit. Tidak akan terasa apa.
Jika besok aku sempat membeli madu lagi, akan ku tuang seperti biasanya. Tidak akan semanis perpisahan hari ini. Perginya membawa kebaikan dalam diriku. Masuk ke dalam diriku tidak juga menjadikannya milikku. Madu itu habis dan hilang. Hanya manisnya yang terkenang selamanya.
~ss
Mendung